Rabu, 23 Mei 2012
Gunung Semeru kembali ramai pendaki
Gunung Semeru kembali ramai pendaki
Rabu, 23 Mei 2012 15,40 WIB | Di poskan Oleh: Hasanuddin Dalimunthhe
www.dalimuntheh@gmail.com ( Para Pendaki Gunung )
"Animo pendaki untuk naik ke Semeru cukup tinggi sejak dibuka secara resmi pada 9 Mei 2012 hingga hari ini mencapai 1.051 pendaki," kata Kepala Bidang Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Wilayah II di Lumajang, Anggoro Dwi Sujiharto, Selasa.
Menurut dia, jumlah pendaki rata-rata per hari sekitar 80-90 orang, sehingga petugas TNBTS di Pos Ranu Pani sempat kewalahan dengan banyaknya jumlah pendaki yang naik ke gunung tertinggi di Pulau Jawa itu.
"Banyak pecinta alam yang memanfaatkan libur panjang pekan lalu yang bertepatan dengan Kenaikan Isa Almasih untuk mendaki ke Semeru," tuturnya.
Anggoro menegaskan TNBTS hanya memberikan rekomendasi atau izin kepada para pendaki untuk melakukan pendakian hingga pos Kalimati saja, sehingga pendaki dilarang naik ke puncak Semeru (Mahameru).
"Dengan status Semeru masih Waspada (Level III), maka jalur pendakian dibatasi pada Pos Kalimati sesuai dengan rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung ," paparnya.
Ia menjelaskan petugas juga memasang pengumuman tentang batas pendakian Semeru di Pos Kalimati karena kawah Jonggring Saloko sewaktu-waktu dapat mengeluarkan letusan berupa material vulkanik, apabila pendaki nekat naik ke Mahameru.
"Saya mengimbau kepada para pendaki untuk mematuhi rekomendasi TNBTS tentang batas pendakian hingga Pos Kalimati demi keselamatan para pendaki," katanya.
Label: Selamat Membaca
Tambora yang Agung di Mata Pendaki Gunung Oleh: Hasanuddin dalimunthe - para Pendaki gunung rabu, 23/05/2012 15:30:10 WIB
Kaldera Gunung Tambora (tamboratrek.com)
Tambora seperti raksasa yang tertidur lelap. Terakhir ia bangun dan mengamuk yaitu tahun 1815, ketika isi perutnya menyeruak ke angkasa. Dampaknya luar biasa, dengan abu yang menutupi hampir separuh bumi hingga Benua Eropa sana. Tapi semenjak amukannya yang terakhir itu, Tambora tak ubahnya Putri Salju. Ia punya kecantikan yang teduh. Bagi para pendaki, inilah salah satu gunung yang paling anggun.
Gunung Tambora terletak di dua kabupaten, yakni Dompu dan Bima di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Di mata para pendaki, menyebut namanya pun terasa 'agung'. Para pendaki profesional pasti melontarkan wacana untuk mendakinya. Termasuk juga, Widjadjono yang telah mendaki lebih dari 40 gunung di berbagai belahan dunia. Tapi, ini bukanlah kali pertama Wamen ESDM itu mendaki Tambora. Saat-saat terakhir hidupnya dihabiskan pada kali kedua pendakian gunung itu.
"Tapi untuk yang pertama kali ke sana, termasuk juga berkelompok, harus didampingi oleh guide lokal. Minimal, salah satu anggota kelompok sudah ada yang pernah ke sana," kata Harley Bayu Sastha, penulis seri buku 'Mountain Climbing for Everybody' sekaligus Redaktur majalah elektronik Mountmagz, dalam perbincangan telepon dengan detikTravel, Senin (23/4/2012).
Lanjut Harley, ada dua jalur untuk pendakian di Tambora. Yang pertama dan yang paling banyak diminati adalah jalur dari Desa Pancasila. Inilah satu-satunya jalur untuk bisa mencium puncak Tambora, kira-kira dalam waktu 2-3 hari ke depan.
Jalur ini akan melewati 5 pos pendakian. Selama perjalanan, para pendaki tak hentinya disuguhi tanjakan terjal. Rapatnya pepohonan menyebabkan udara cukup lembab, dan pacet (lintah) bertebaran di dedaunan. Selepas Pos 3, para pendaki akan menemui hutan jelatang atau daun pulus, membentang di dataran penuh pohon pinus.
Jelatang adalah tanaman yang daun dan batangnya ditumbuhi duri-duri halus. Jika terkena kulit, spontan akan terasa gatal dan panas jika disentuh. Katanya, panas dan gatal ini bisa tahan berbulan-bulan lamanya. Walau begitu, para pendaki tak ambil pusing. Pakaian lengan panjang, celana panjang, serta sepatu gunung sudah cukup menangkal sengatan jelatang.
Sementara itu, jalur kedua dimulai dari Desa Doro Peti. Jalur ini biasa digunakan oleh Bupati Dompu dan Gubernur NTT, tak terkecuali Widjadjono, untuk melihat langsung kaldera atau kawah besar yang indah di Tambora. Di desa ini juga terdapat pos Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Indonesia.
Bedanya, para pendaki tak bisa mencapai puncak Tambora dari jalur ini. Dari Desa Doro Peti, perjalanan bisa dilanjutkan menggunakan mobil setidaknya hingga Pos 2. Jika sedang musim penghujan, maka beruntunglah, tanah menjadi gembur dan mobil bisa lanjut ke Pos 3. Pendakian menuju pinggiran kaldera dimulai dari sini.
Baik dari Desa Pancasila maupun Desa Doro Peti, para pendaki akan dipertemukan oleh kaldera yang tersohor ini. Dengan diameter lebih dari 7 kilometer dan kedalaman lebih dari 1 kilometer, kaldera ini menduduki posisi sebagai kawah yang paling besar di Indonesia.
Udara khas dataran tinggi yang menggigit kulit menjadikan bunga Edelweis tumbuh subur di sekitarnya. Gunung di tengah-tengah kawahnya bernama Doro Afi Toi, dalam bahasa Bima artinya gunung api kecil.
Inilah pelepas penat paling ampuh bagi kaki-kaki yang letih. Inilah penghapus keringat yang terus mengucur dari dahi. Inilah keindahan yang dicari oleh Widjadjono, juga para pecinta alam. Bagi para pendaki, Tambora lebih dari sekadar indah. Ia adalah pengingat akan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Kisah Angga Berjuang Mendaki Gunung Salak Mencari Ayahnya
Jakarta Angga Tirta (27) bukan seorang pendaki gunung. Tapi dengan tekad yang kuat dia bisa bertahan mendaki Gunung Salak bersama tim evakuasi korban Sukhoi Superjet 100. Ayah Angga, Aan Husdiana, adalah salah satu penumpang Sukhoi nahas itu.
Kepada detikcom, Senin (14/5/2012), Angga (27) menuturkan kisahnya. Mulai dari titik awal pendakian di kawasan Cidahu, hingga sampai ke puncak Gunung Salak di ketinggian 2.100 meter.
Berikut kronologi pendakian Angga:
- Rabu (9/5) sore, Angga baru mendengar kabar Sukhoi yang ditumpangi ayahnya lost contact. Ayahnya, Aan, yang merupakan seorang pilot di Kartika Airlines menjadi salah satu penumpang pesawat. Kartika Airlines merupakan calon konsumen Sukhoi.
- Rabu malam, Angga bersama kakak ayahnya dan keluarganya, total ada 6 orang, berangkat menuju Pos Cidahu. Keluarga besar Angga ingin tahu langsung kepastian nasib Sukhoi itu.
- Kamis (10/5) dini hari, dia bersama keluarganya tiba di Pos Cidahu. Muncul niat Angga untuk ikut mencari ayahnya.
- Kamis pagi, Angga bersama TNI AD ikut mendaki menuju Puncak Gunung Salak. Dia mendengar kabar, untuk menuju lokasi, perlu perjalanan sekitar 2-3 jam. Angga membulatkan tekad ikut.
"Saya tidak membawa apa-apa, hanya jaket, dan sebotol air mineral," terang Angga.
Perjalanan mendaki Gunung Salak menempuh medan yang berat. Angga menahan untuk tidak meminum air mineral yang dia bawa. Dia berjaga-jaga untuk perjalanan panjang.
"Ternyata kalau saya minum air, saya bisa keram. Itu aturan pendaki gunung," imbuhnya.
Tanpa bekal logistik, Angga berjalan menuju lokasi di puncak. Jalur yang belum dibuka membuat perjalanan menjadi lama. Angga mengaku selalu teringat bau-bauan ayahnya sehingga dia kuat. Dalam pendakian itu, dia kehilangan sepatunya yang jebol.
Angga bersyukur dalam perjalanan melelahkan itu, dirinya mendapat kemudahan-kemudahan. "Alhamdulillah, saat saya butuh air, menemukan mata air. Dan sempat makan daun pakis, sebelum akhirnya bertemu Tim Marinir yang memberi ransum," imbuh Angga.
- Kamis malam, Angga bermalam di kawasan Puncak Gunung Salak. Sebelumnya di perjalanan bertemu Tim Marinir yang memberikan bantuan logistik. Angga tidur beralaskan kantung jenazah yang dibawa TNI.
- Jumat (11/5) pagi, Angga salat subuh dan berdoa agar mendapat petunjuk keberadaan ayahnya. 'Mukjizat' pun datang, dia mendapat petunjuk bahwa ayahnya berada di jurang jauh di bawah. Petunjuk itu kemudian diberikannya kepada Tim Marinir.
- Jumat pukul 07.20 WIB, Tim Marinir turun ke jurang. Angga sempat meminta ikut turun, namun Tim Marinir meminta dia menunggu di atas. Untuk turun ke jurang membutuhkan tali. Dan benar, ternyata sejumlah korban Sukhoi ada di jurang itu. Ti Marinir juga menemukan SIM ayah Angga atas nama Aan Husdiana.
"Saya sudah cukup puas dengan itu. Walau sebenarnya saya ingin menemukan cincin atau benda yang lain. Tapi sudah cukup," imbuhnya.
- Jumat sore, setelah melihat tim Marinir membawa SIM ayahnya, Angga cukup puas. Dia akhirnya memutuskan turun bersama tim Marinir. Angga mengucapkan terima kasih kepada Tim TNI AD dan Tim Marinir, relawan serta Basarnas yang memberi bantuan.
"Sekarang kami berharap identifikasi bisa cepat dan akurat," tutur Angga, putra sulung almarhum Aan.
Kepada detikcom, Senin (14/5/2012), Angga (27) menuturkan kisahnya. Mulai dari titik awal pendakian di kawasan Cidahu, hingga sampai ke puncak Gunung Salak di ketinggian 2.100 meter.
Berikut kronologi pendakian Angga:
- Rabu (9/5) sore, Angga baru mendengar kabar Sukhoi yang ditumpangi ayahnya lost contact. Ayahnya, Aan, yang merupakan seorang pilot di Kartika Airlines menjadi salah satu penumpang pesawat. Kartika Airlines merupakan calon konsumen Sukhoi.
- Rabu malam, Angga bersama kakak ayahnya dan keluarganya, total ada 6 orang, berangkat menuju Pos Cidahu. Keluarga besar Angga ingin tahu langsung kepastian nasib Sukhoi itu.
- Kamis (10/5) dini hari, dia bersama keluarganya tiba di Pos Cidahu. Muncul niat Angga untuk ikut mencari ayahnya.
- Kamis pagi, Angga bersama TNI AD ikut mendaki menuju Puncak Gunung Salak. Dia mendengar kabar, untuk menuju lokasi, perlu perjalanan sekitar 2-3 jam. Angga membulatkan tekad ikut.
"Saya tidak membawa apa-apa, hanya jaket, dan sebotol air mineral," terang Angga.
Perjalanan mendaki Gunung Salak menempuh medan yang berat. Angga menahan untuk tidak meminum air mineral yang dia bawa. Dia berjaga-jaga untuk perjalanan panjang.
"Ternyata kalau saya minum air, saya bisa keram. Itu aturan pendaki gunung," imbuhnya.
Tanpa bekal logistik, Angga berjalan menuju lokasi di puncak. Jalur yang belum dibuka membuat perjalanan menjadi lama. Angga mengaku selalu teringat bau-bauan ayahnya sehingga dia kuat. Dalam pendakian itu, dia kehilangan sepatunya yang jebol.
Angga bersyukur dalam perjalanan melelahkan itu, dirinya mendapat kemudahan-kemudahan. "Alhamdulillah, saat saya butuh air, menemukan mata air. Dan sempat makan daun pakis, sebelum akhirnya bertemu Tim Marinir yang memberi ransum," imbuh Angga.
- Kamis malam, Angga bermalam di kawasan Puncak Gunung Salak. Sebelumnya di perjalanan bertemu Tim Marinir yang memberikan bantuan logistik. Angga tidur beralaskan kantung jenazah yang dibawa TNI.
- Jumat (11/5) pagi, Angga salat subuh dan berdoa agar mendapat petunjuk keberadaan ayahnya. 'Mukjizat' pun datang, dia mendapat petunjuk bahwa ayahnya berada di jurang jauh di bawah. Petunjuk itu kemudian diberikannya kepada Tim Marinir.
- Jumat pukul 07.20 WIB, Tim Marinir turun ke jurang. Angga sempat meminta ikut turun, namun Tim Marinir meminta dia menunggu di atas. Untuk turun ke jurang membutuhkan tali. Dan benar, ternyata sejumlah korban Sukhoi ada di jurang itu. Ti Marinir juga menemukan SIM ayah Angga atas nama Aan Husdiana.
"Saya sudah cukup puas dengan itu. Walau sebenarnya saya ingin menemukan cincin atau benda yang lain. Tapi sudah cukup," imbuhnya.
- Jumat sore, setelah melihat tim Marinir membawa SIM ayahnya, Angga cukup puas. Dia akhirnya memutuskan turun bersama tim Marinir. Angga mengucapkan terima kasih kepada Tim TNI AD dan Tim Marinir, relawan serta Basarnas yang memberi bantuan.
"Sekarang kami berharap identifikasi bisa cepat dan akurat," tutur Angga, putra sulung almarhum Aan.
Label: www.dalimuntheh.gmail.com
me...
Berlangganan Postingan [Atom]