Rabu, 23 Mei 2012

Kisah Angga Berjuang Mendaki Gunung Salak Mencari Ayahnya

Jakarta Angga Tirta (27) bukan seorang pendaki gunung. Tapi dengan tekad yang kuat dia bisa bertahan mendaki Gunung Salak bersama tim evakuasi korban Sukhoi Superjet 100. Ayah Angga, Aan Husdiana, adalah salah satu penumpang Sukhoi nahas itu.

Kepada detikcom, Senin (14/5/2012), Angga (27) menuturkan kisahnya. Mulai dari titik awal pendakian di kawasan Cidahu, hingga sampai ke puncak Gunung Salak di ketinggian 2.100 meter.

Berikut kronologi pendakian Angga:

- Rabu (9/5) sore, Angga baru mendengar kabar Sukhoi yang ditumpangi ayahnya lost contact. Ayahnya, Aan, yang merupakan seorang pilot di Kartika Airlines menjadi salah satu penumpang pesawat. Kartika Airlines merupakan calon konsumen Sukhoi.

- Rabu malam, Angga bersama kakak ayahnya dan keluarganya, total ada 6 orang, berangkat menuju Pos Cidahu. Keluarga besar Angga ingin tahu langsung kepastian nasib Sukhoi itu.

- Kamis (10/5) dini hari, dia bersama keluarganya tiba di Pos Cidahu. Muncul niat Angga untuk ikut mencari ayahnya.

- Kamis pagi, Angga bersama TNI AD ikut mendaki menuju Puncak Gunung Salak. Dia mendengar kabar, untuk menuju lokasi, perlu perjalanan sekitar 2-3 jam. Angga membulatkan tekad ikut.

"Saya tidak membawa apa-apa, hanya jaket, dan sebotol air mineral," terang Angga.

Perjalanan mendaki Gunung Salak menempuh medan yang berat. Angga menahan untuk tidak meminum air mineral yang dia bawa. Dia berjaga-jaga untuk perjalanan panjang.

"Ternyata kalau saya minum air, saya bisa keram. Itu aturan pendaki gunung," imbuhnya.

Tanpa bekal logistik, Angga berjalan menuju lokasi di puncak. Jalur yang belum dibuka membuat perjalanan menjadi lama. Angga mengaku selalu teringat bau-bauan ayahnya sehingga dia kuat. Dalam pendakian itu, dia kehilangan sepatunya yang jebol.

Angga bersyukur dalam perjalanan melelahkan itu, dirinya mendapat kemudahan-kemudahan. "Alhamdulillah, saat saya butuh air, menemukan mata air. Dan sempat makan daun pakis, sebelum akhirnya bertemu Tim Marinir yang memberi ransum," imbuh Angga.

- Kamis malam, Angga bermalam di kawasan Puncak Gunung Salak. Sebelumnya di perjalanan bertemu Tim Marinir yang memberikan bantuan logistik. Angga tidur beralaskan kantung jenazah yang dibawa TNI.

- Jumat (11/5) pagi, Angga salat subuh dan berdoa agar mendapat petunjuk keberadaan ayahnya. 'Mukjizat' pun datang, dia mendapat petunjuk bahwa ayahnya berada di jurang jauh di bawah. Petunjuk itu kemudian diberikannya kepada Tim Marinir.

- Jumat pukul 07.20 WIB, Tim Marinir turun ke jurang. Angga sempat meminta ikut turun, namun Tim Marinir meminta dia menunggu di atas. Untuk turun ke jurang membutuhkan tali. Dan benar, ternyata sejumlah korban Sukhoi ada di jurang itu. Ti Marinir juga menemukan SIM ayah Angga atas nama Aan Husdiana.

"Saya sudah cukup puas dengan itu. Walau sebenarnya saya ingin menemukan cincin atau benda yang lain. Tapi sudah cukup," imbuhnya.

- Jumat sore, setelah melihat tim Marinir membawa SIM ayahnya, Angga cukup puas. Dia akhirnya memutuskan turun bersama tim Marinir. Angga mengucapkan terima kasih kepada Tim TNI AD dan Tim Marinir, relawan serta Basarnas yang memberi bantuan.

"Sekarang kami berharap identifikasi bisa cepat dan akurat," tutur Angga, putra sulung almarhum Aan.

Label:


Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]





<< Beranda

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Berlangganan Postingan [Atom]